Jumat, 25 Maret 2016

Perbedaan Kehidupan

Halooooo..
Long time no see and write in this entry...

Gak kerasa sekarang sudah bulan ketiga di tahun 2016 dan bulan ketiga juga aku bekerja..
Puji Tuhan finally gw sudah gak perlu minta uang lagi dari papah mamah, tapi tanggung jawab semakin besar karena pengelolaan uang semakin ketat..hahaha
Yuphhhh, gw gak akan ngomongin tentang kerjaan, tapi gw pengen cerita-cerita perbedaan kehidupan..
Perbedaan kehidupan?? Dunia maya?dunia nyata? NOPE!!
Perbedaan kehidupan yang gw maksud itu adalah perbedaan saat gw sekolah dan besar di Bandung, kuliah di Jogja, dan kerja di Jakarta.

Gw mulai dari Bandung..
Bandung, tempat dimana gw dilahirkan dan dibesarkan.. gw tinggal di kompleks perumahan dimana sekeliling dipenuhi tetangga yang berbeda suku, agama, kebiasaan dll.. gw inget saat gw kecil itu kompleks perumahan gw masih dipenuhi sawah, gak seperti sekarang yang sudah dipenuhi rumah dan langka sekali buat lihat sawah walaupun masih ada dan semoga tidak dijadikan rumah.. waktu kecil pun gw anak nakal dan tomboy, gw dan koko gw main dengan anak sepantaran kita, mulai dari main bola, layangan, kelereng,petasan, tazos sampai berantem dengan anak-anak kampung..hahahhaha gw nakal banget ya.. tapi karena itu gw bisa kenal tetangga-tetangga sederetan blok gw sampe sekarang. Perbedaan dulu dan sekarang adalah kita para anak kecil yang sudah bertumbuh dewasa ini sudah tidak pernah bermain bersama, bahkan bertemu pun sudah tidak pernah karena sudah pada kerja, tapi gw tetap kenal ibu/bapak/om/tante disini dan tetap tersenyum n nyapa saa bertemu. Seperti hari ini, setelah pulang gereja pun saya menyapa dan tersenyum sama ibu sekaligus anaknya yang dulu kecil main sama gw itu jadi mahasiswa papah gw. Waktu gw nyapa ibunya, beliau langsung  berkata “sudah besar ya sekarang”, gw hanya membalas dengan senyuman karena memang kenyataannya sudah besar. Lalu waktu pergi sama mamah pun, tante yang rumahnya pas di belokan juga bilang “anaknya ya Mer, udah gede ya”. Gw juga hanya tersenyum, karena ternyata hidup di kompleks juga masih saling peduli satu sama lain. Gw juga inget gimana kejadian-kejadian saat SMP yang sebenernya belum pantas dilihat oleh anak seumuran itu, tapi karena pergaulan jadinya gw tau hal-hal itu. Saat SMA pun gw mulai keluar dari kehidupan tak lazim dan kehidupan yang bisa merusak gw, jadi gw cuman fokus sekolah dan basket. Mulai saat itu gw jadi tau kalau masih banyak orang-orang Bandung yang lurus, mereka adalah keluarga, saudara dan sahabat-sahabat gw yang juga membuat gw terus belajar n lebih baik. Pergaulan di Bandung memang bisa dibilang sudah hampir mengikuti Jakarta, tapi masih banyak kepedulian di kota ini.


Next, Yogyakarta, kota masa kecil dan kota yang mengajarkanku hidup mandiri dan mengerti arti kehidupan.
Gw di Yogyakarta kuliah selama 5 tahun. Awal mula disana jujur gw pengen pulang Bandung, karena kuliah di Yogya bukan merupakan pilihan gw dan emak sudah meninggal,  jadi hanya ada om dan tante saja di Yogya. Yahhh perjuangan berat di semester awal, jadi anak kost yang harus mengurusi dirinya sendiri saat sakit, senang, sedih, kangen rumah, dll. Tapi, Yogya ini mayoritas isinya mahasiswa dan pendatang dari berbagai kota di Indonesia, so gw mendapatkan banyak teman dari berbagai kota yang sama-sama hidup mandiri menjadi anak kost dan jauh dari orang tua. Alhasil kami bisa membanggakan orang tua kami dengan perjuangan selama 5 tahun berada di bangku kuliah dan laboratorium. Yuphhhhhh... Yogyakarta, kota dengan seribu cinta, mimpi dan kenangan, semua ada disana. Kehidupan disana?? Saya suka dan saya tidak menyesal bisa berada disana selama beberap tahun. Orang-orang asli Yogya merupakan orang-orang yang ramah dan akan tersenyum walaupun kita tidak kenal dengan mereka, sehingga kita pun selalu menyapa dan tersenyum pada mereka. Hal itu terjadi di kost gw yang sudah menjadi tempat berteduh gw selama 4 tahun, karena 1 tahun pertama gw ngekost di tempat yang gak begitu nyaman. Nahh di kost gw yang selama 4 tahun itu, gw merasakan penduduk sekitar merupakan orang yang ramah, karena kami saling bertegur sapa dan senyuman sehingga kami anak-anak kost merasa nyaman dan betah bertahun-tahun di kost tersebut. Tidak hanya itu, gw pun punya tempat langganan makan lotek (i miss that food and that place) dan di tempat itu gw bisa mendengarkan mbak penjualnya bercerita dan dia pun sempat menanyakan tentang obat ke gw, sampai terakhir sebelum pulang Bandung karena studi sudah selesai pun gw beli lotek kesana dan ijin mau meninggalkan Yogya tapi gw berjanji akan datang saat liburan J. Orang-orang Yogya merupakan orang yang ramah-ramah dan semoga para pendatang tidak merusak hal tersebut. Tapi banyak juga hal-hal yang negatif, mulai dari perempuan nakal dan lainnya, dan hal itu pula yang membuat gw belajar banyak dan bertanya-tanya tentag hal tersebut pada kakak kost serta gw sempat membuat PKMM yang subyeknya adalah para perempuan “penjual” walaupun ternyata tidak lolos dikti..hahaha.. tapi saya suka keramahan warga Yogya dan keindahan tempat wisatanya, semoga semua terus dirawat dan jangan perbanyak gedung-gedung tinggi serta mall di Yogya.

Next, Jakarta, kota yang tidak pernah ada di benak gw buat tinggal di kota tersebut tapi ternyata gw kerja di kota ini. Yuphhhh gak ada yang tau rencana Tuhan.
Jakarta ini bisa gw nilai sebagai kota dengan seribu gedung pencakar lagi dan fly over dimana-mana. Gw baru 3 bulan di Jakarta dan belum bisa hafal Jakarta, padahal saat di Yogya itu gw cepat banget hafal jalan-jalan di Yogya. Di Jakarta ini isinya fly over yang kalau udah salah naik itu muternya bisa 5 km kemudian karena jauhnya naujubilahh. Waktu pertama ke kota kasablanka aja itu yang harusnya 10 km, malah jadi 25 km karena nyasar dan puterannya jauhnya minta ampun, sampe kokas malah keringetan. Belum lagi waktu ke GI, padahal GI sudah di depan mata, tapi dilarang lewat bunderan HI, jadinya muter hampir 10 km, luar binasaaaa. Di kota ini pun gw melihat banyaknya perbedaan kehidupan dibanding Bandung dan Yogya, dimana banyak sekali ketidakpedulian antar manusia. Kenapa demikian? Karena disini kebanyakan hanya mementingkan gengsi dan tidak peduli dengan keadaannya. Beruntungnya gw masih 1 kost dengan orang-orang yang berasal dari Jawa Tengah, sehingga kami masih bisa saling menyapa walaupun jarang bertemu. Yaaaa, Jakarta waktu gw kecil pun berbeda dengan sekarang. Gw inget waktu gw kecil itu Dufan, Seaworld, Ancol, TMII itu bisa full manusia, tapi sekarang mall adalah tempat dimana kita bisa menemui orang dengan kesibukannya masing-masing dan bisa lebih penuh dari pasar. Karena gw bukan anak mall, jadi gw sering pusing kalau melihat mall dengan penuh orang, gw gak ngerti kenapa mereka senang berada di mall sangat lama padahal selain bayar parkir yang mahal, lalu bosen juga di mall terus. Gw juga merasa kalau kebanyakan kehidupan di Jakarta ini “jahat”, walaupun di Bandung juga ada bagian yang “jahat”, tai di Jakarta lebih terumbar. Tapi disitulah gw harus menjaga diri dan pergaulan gw agar tetap hormat hingga bertemu pendamping. You know that I mean.

Yuphhhhhh.. paling itu aja kali kisah yang gw dapatkan..
Overall kerja itu berat dan gw kagum dan bangga dengan orang tua gw yang bisa nyekolahin kedua anaknya sampai sekarang sudah beres dan kerja semua.
Semoga semua makhluk berbahagia.

Selamat hari Paskah juga.. Tuhan Yesus memberkati
Salam untuk kota Yogyakarta, saya kangen semua yang ada di kota itu, saya pasti akan pulang kembali seperti lagu Kla Project.